Minggu, 20 April 2008

Bagi-Bagi Ilmu

Jika kita bertanya kepada orang yang beragama apa saja yang merupakan titipan Tuhan kepada kita. Jawabannya barangkali bisa bermacam-macam. Ada yang menjawab mobil, rumah, motor,dan lain lain. Ada juga yang menjawab anak, istri, dan lain sebagainya. Apakah hanya itu saja? Sebenarnya ada satu lagi titipan yang juga merupakan amanat yang diberikan oleh Tuhan kepada kita. Apakah itu? Yaitu ilmu. Tepatnya adalah ilmu yang bermanfaat.

Memandang semua hal yang kita miliki adalah titipan dari Tuhan dapat membuat hidup kita terasa lebih ringan dan lebih bertanggung jawab. Orang yang memiliki harta tidak akan terlalu cinta mati terhadap hartanya. Orang yang memiliki anak akan berusaha untuk selalu memelihara dan mendidik anaknya dengan baik. Orang yang memiliki pemasukan besar setiap bulan akan rela untuk setiap saat menyisihkan sebagian dari pendapatannya tersebut untuk orang lain, dan lain sebagainya. Jika harta adalah titipan Tuhan dimana setiap orang yang memilikinya punya tanggung jawab moral untuk menyisihkannya sebagian, maka sebenarnya ilmu juga demikian. Ilmu adalah amanat yang setiap saat harus rela untuk kita bagi-bagi.

Suka berbagi ilmu ternyata mempunyai banyak manfaat. Yang pertama akan menjadikan kita lebih pintar karena menjelaskan sesuatu itu lebih sulit daripada belajar. Jika belajar diibaratkan membuat bangunan yang sebelumnya sudah ada denahnya. Maka menjelaskan sesuatu adalah seperti membuat bangunan itu dari awal dengan rancangan dan denah yang kita buat sendiri.

Manfaat kedua yang tak kalah menariknya adalah sebuah perasaan yang tak tergambarkan akan muncul di benak jika orang yang kita beri ilmu bisa sukses melewati ujian yang ia hadapi. Baik ujian sekolah, ujian kuliah, maupun ujian hidup :D. Berbagi ilmu juga merupakan sebuah investasi amal karena ilmu yang benar-benar diterapkan akan membuat kita memperoleh banyak pahala.

Seperti layaknya pemain sepak bola dari berbagai penjuru dunia, tiap-tiap orang pasti mempunyai gaya mengajar yang berbeda-beda. Ada yang serius terus, ada yang diselingi dengan canda, ada yang mengajarnya seperti guru tk, ada yang mengajarnya seperti dosen kuliahan atau masih banyak lagi yang lain.

Di sini saya ingin berbagi cara yang sering saya gunakan dalam berbagi ilmu. Karena saya rasa cara ini seringkali berhasil dan membuat orang jadi lebih mudah paham. Barangkali cara ini juga sudah dipakai oleh banyak orang sebelumnya, hanya saya saja yang tidak tahu.

Yang pertama berkaitan dengan cara memandang ilmu atau cara memodelkan ilmu itu sendiri. Untuk lebih mudah memahami suatu pelajaran, saya sering mengumpamakan ilmu sebagai sebuah bangunan lengkap dengan pondasinya. Bangunan utama adalah ilmu yang ingin kita pelajari, sedangkan pondasinya adalah ilmu dasar yang dibutuhkan untuk mempelajari ilmu utama tadi. Cara ini terbukti memudahkan saya sendiri dalam belajar maupun juga dalam mencari letak ketidak pahaman orang yang saya ajari. Seperti pada bangunan yang sebenarnya, jika ilmu utama susah sekali dibangun, maka pasti ada ilmu pondasi lain yang belum benar-benar dikuasai. Sehingga dalam hal ini mengokohkan bangunan pondasi menjadi lebih penting sebelum lebih lanjut mendirikan bangunan utama. Tetapi juga harap diingat bahwa pondasi ini terkadang juga dibangun di atas pondasi yang lain lagi. Di sinilah kejelian kita dibutuhkan untuk melihat bagaimana sebenarnya ilmu itu saling berketergantungan.

Yang kedua adalah anggapan yang sering saya gunakan untuk diri saya sendiri, yaitu saya sering menganggap diri sebagai orang yang paling bodoh. Harapannya adalah bisa berpikir dengan cara yang paling gampang agar semua orang yang berkemampuan tinggi maupun yang rendah dapat menerima logika yang saya pakai. Tetapi seperti samurai bermata dua, cara ini terkadang membuat saya seperti orang yang benar-benar bodoh atau malah kelihatan persis guru tk :D.

Yang ketiga saya yakin semua orang pasti sudah banyak yang tahu. Agar sesuatu lebih mudah untuk dipahami inilah senjata terakhir yang sering sekali digunakan. Yaitu perumpamaan. Cara ini memang sederhana, tetapi jika tepat menggunakannya, bisa menjadikan segala sesuatu yang imajinatif menjadi nyata. Mengapa cara ini seringkali berhasil? Karena salah satu metode berpikir manusia adalah dengan perbandingan. Lebih mudah untuk mengenal suatu hal yang asing dengan membandingkannya dengan sesuatu yang sudah dikenal. Tetapi kita harus tetap berhati-hati karena perumpamaan bisa saja salah. Perumpaman yang asal malah akan membuat kita menjadi bingung sendiri atau salah kaprah memahami yang sebenarnya.

Barangkali Anda punya cara lain yang dapat Anda terapkan dalam berbagi ilmu?