Terang bersinar kulit putihmu
Hitam dan panjang urai rambutmu
Harum semerbak wangi parfummu
...
Hii... takuuutt...
Hantuuuuuu.......
"Jika ide lama yang telah ada membuat pemahaman kita terperangkap tidak bisa maju, boleh jadi satu kata perlu sebuah definisi kembali."
Sabtu, 31 Mei 2008
Puisi Humor
Aku selalu setia menemani tiap langkahmu
Aku selalu teguh menopang berat tubuhmu
Aku selalu tabah kalau kau tak memerlukanku
Tak peduli kuterbuang, terbalik, atau terjepit kaki lemari
Karena aku adalah sandalmu sejati
Aku selalu teguh menopang berat tubuhmu
Aku selalu tabah kalau kau tak memerlukanku
Tak peduli kuterbuang, terbalik, atau terjepit kaki lemari
Karena aku adalah sandalmu sejati
Minggu, 20 April 2008
Bagi-Bagi Ilmu
Jika kita bertanya kepada orang yang beragama apa saja yang merupakan titipan Tuhan kepada kita. Jawabannya barangkali bisa bermacam-macam. Ada yang menjawab mobil, rumah, motor,dan lain lain. Ada juga yang menjawab anak, istri, dan lain sebagainya. Apakah hanya itu saja? Sebenarnya ada satu lagi titipan yang juga merupakan amanat yang diberikan oleh Tuhan kepada kita. Apakah itu? Yaitu ilmu. Tepatnya adalah ilmu yang bermanfaat.
Memandang semua hal yang kita miliki adalah titipan dari Tuhan dapat membuat hidup kita terasa lebih ringan dan lebih bertanggung jawab. Orang yang memiliki harta tidak akan terlalu cinta mati terhadap hartanya. Orang yang memiliki anak akan berusaha untuk selalu memelihara dan mendidik anaknya dengan baik. Orang yang memiliki pemasukan besar setiap bulan akan rela untuk setiap saat menyisihkan sebagian dari pendapatannya tersebut untuk orang lain, dan lain sebagainya. Jika harta adalah titipan Tuhan dimana setiap orang yang memilikinya punya tanggung jawab moral untuk menyisihkannya sebagian, maka sebenarnya ilmu juga demikian. Ilmu adalah amanat yang setiap saat harus rela untuk kita bagi-bagi.
Suka berbagi ilmu ternyata mempunyai banyak manfaat. Yang pertama akan menjadikan kita lebih pintar karena menjelaskan sesuatu itu lebih sulit daripada belajar. Jika belajar diibaratkan membuat bangunan yang sebelumnya sudah ada denahnya. Maka menjelaskan sesuatu adalah seperti membuat bangunan itu dari awal dengan rancangan dan denah yang kita buat sendiri.
Manfaat kedua yang tak kalah menariknya adalah sebuah perasaan yang tak tergambarkan akan muncul di benak jika orang yang kita beri ilmu bisa sukses melewati ujian yang ia hadapi. Baik ujian sekolah, ujian kuliah, maupun ujian hidup :D. Berbagi ilmu juga merupakan sebuah investasi amal karena ilmu yang benar-benar diterapkan akan membuat kita memperoleh banyak pahala.
Seperti layaknya pemain sepak bola dari berbagai penjuru dunia, tiap-tiap orang pasti mempunyai gaya mengajar yang berbeda-beda. Ada yang serius terus, ada yang diselingi dengan canda, ada yang mengajarnya seperti guru tk, ada yang mengajarnya seperti dosen kuliahan atau masih banyak lagi yang lain.
Di sini saya ingin berbagi cara yang sering saya gunakan dalam berbagi ilmu. Karena saya rasa cara ini seringkali berhasil dan membuat orang jadi lebih mudah paham. Barangkali cara ini juga sudah dipakai oleh banyak orang sebelumnya, hanya saya saja yang tidak tahu.
Yang pertama berkaitan dengan cara memandang ilmu atau cara memodelkan ilmu itu sendiri. Untuk lebih mudah memahami suatu pelajaran, saya sering mengumpamakan ilmu sebagai sebuah bangunan lengkap dengan pondasinya. Bangunan utama adalah ilmu yang ingin kita pelajari, sedangkan pondasinya adalah ilmu dasar yang dibutuhkan untuk mempelajari ilmu utama tadi. Cara ini terbukti memudahkan saya sendiri dalam belajar maupun juga dalam mencari letak ketidak pahaman orang yang saya ajari. Seperti pada bangunan yang sebenarnya, jika ilmu utama susah sekali dibangun, maka pasti ada ilmu pondasi lain yang belum benar-benar dikuasai. Sehingga dalam hal ini mengokohkan bangunan pondasi menjadi lebih penting sebelum lebih lanjut mendirikan bangunan utama. Tetapi juga harap diingat bahwa pondasi ini terkadang juga dibangun di atas pondasi yang lain lagi. Di sinilah kejelian kita dibutuhkan untuk melihat bagaimana sebenarnya ilmu itu saling berketergantungan.
Yang kedua adalah anggapan yang sering saya gunakan untuk diri saya sendiri, yaitu saya sering menganggap diri sebagai orang yang paling bodoh. Harapannya adalah bisa berpikir dengan cara yang paling gampang agar semua orang yang berkemampuan tinggi maupun yang rendah dapat menerima logika yang saya pakai. Tetapi seperti samurai bermata dua, cara ini terkadang membuat saya seperti orang yang benar-benar bodoh atau malah kelihatan persis guru tk :D.
Yang ketiga saya yakin semua orang pasti sudah banyak yang tahu. Agar sesuatu lebih mudah untuk dipahami inilah senjata terakhir yang sering sekali digunakan. Yaitu perumpamaan. Cara ini memang sederhana, tetapi jika tepat menggunakannya, bisa menjadikan segala sesuatu yang imajinatif menjadi nyata. Mengapa cara ini seringkali berhasil? Karena salah satu metode berpikir manusia adalah dengan perbandingan. Lebih mudah untuk mengenal suatu hal yang asing dengan membandingkannya dengan sesuatu yang sudah dikenal. Tetapi kita harus tetap berhati-hati karena perumpamaan bisa saja salah. Perumpaman yang asal malah akan membuat kita menjadi bingung sendiri atau salah kaprah memahami yang sebenarnya.
Barangkali Anda punya cara lain yang dapat Anda terapkan dalam berbagi ilmu?
Memandang semua hal yang kita miliki adalah titipan dari Tuhan dapat membuat hidup kita terasa lebih ringan dan lebih bertanggung jawab. Orang yang memiliki harta tidak akan terlalu cinta mati terhadap hartanya. Orang yang memiliki anak akan berusaha untuk selalu memelihara dan mendidik anaknya dengan baik. Orang yang memiliki pemasukan besar setiap bulan akan rela untuk setiap saat menyisihkan sebagian dari pendapatannya tersebut untuk orang lain, dan lain sebagainya. Jika harta adalah titipan Tuhan dimana setiap orang yang memilikinya punya tanggung jawab moral untuk menyisihkannya sebagian, maka sebenarnya ilmu juga demikian. Ilmu adalah amanat yang setiap saat harus rela untuk kita bagi-bagi.
Suka berbagi ilmu ternyata mempunyai banyak manfaat. Yang pertama akan menjadikan kita lebih pintar karena menjelaskan sesuatu itu lebih sulit daripada belajar. Jika belajar diibaratkan membuat bangunan yang sebelumnya sudah ada denahnya. Maka menjelaskan sesuatu adalah seperti membuat bangunan itu dari awal dengan rancangan dan denah yang kita buat sendiri.
Manfaat kedua yang tak kalah menariknya adalah sebuah perasaan yang tak tergambarkan akan muncul di benak jika orang yang kita beri ilmu bisa sukses melewati ujian yang ia hadapi. Baik ujian sekolah, ujian kuliah, maupun ujian hidup :D. Berbagi ilmu juga merupakan sebuah investasi amal karena ilmu yang benar-benar diterapkan akan membuat kita memperoleh banyak pahala.
Seperti layaknya pemain sepak bola dari berbagai penjuru dunia, tiap-tiap orang pasti mempunyai gaya mengajar yang berbeda-beda. Ada yang serius terus, ada yang diselingi dengan canda, ada yang mengajarnya seperti guru tk, ada yang mengajarnya seperti dosen kuliahan atau masih banyak lagi yang lain.
Di sini saya ingin berbagi cara yang sering saya gunakan dalam berbagi ilmu. Karena saya rasa cara ini seringkali berhasil dan membuat orang jadi lebih mudah paham. Barangkali cara ini juga sudah dipakai oleh banyak orang sebelumnya, hanya saya saja yang tidak tahu.
Yang pertama berkaitan dengan cara memandang ilmu atau cara memodelkan ilmu itu sendiri. Untuk lebih mudah memahami suatu pelajaran, saya sering mengumpamakan ilmu sebagai sebuah bangunan lengkap dengan pondasinya. Bangunan utama adalah ilmu yang ingin kita pelajari, sedangkan pondasinya adalah ilmu dasar yang dibutuhkan untuk mempelajari ilmu utama tadi. Cara ini terbukti memudahkan saya sendiri dalam belajar maupun juga dalam mencari letak ketidak pahaman orang yang saya ajari. Seperti pada bangunan yang sebenarnya, jika ilmu utama susah sekali dibangun, maka pasti ada ilmu pondasi lain yang belum benar-benar dikuasai. Sehingga dalam hal ini mengokohkan bangunan pondasi menjadi lebih penting sebelum lebih lanjut mendirikan bangunan utama. Tetapi juga harap diingat bahwa pondasi ini terkadang juga dibangun di atas pondasi yang lain lagi. Di sinilah kejelian kita dibutuhkan untuk melihat bagaimana sebenarnya ilmu itu saling berketergantungan.
Yang kedua adalah anggapan yang sering saya gunakan untuk diri saya sendiri, yaitu saya sering menganggap diri sebagai orang yang paling bodoh. Harapannya adalah bisa berpikir dengan cara yang paling gampang agar semua orang yang berkemampuan tinggi maupun yang rendah dapat menerima logika yang saya pakai. Tetapi seperti samurai bermata dua, cara ini terkadang membuat saya seperti orang yang benar-benar bodoh atau malah kelihatan persis guru tk :D.
Yang ketiga saya yakin semua orang pasti sudah banyak yang tahu. Agar sesuatu lebih mudah untuk dipahami inilah senjata terakhir yang sering sekali digunakan. Yaitu perumpamaan. Cara ini memang sederhana, tetapi jika tepat menggunakannya, bisa menjadikan segala sesuatu yang imajinatif menjadi nyata. Mengapa cara ini seringkali berhasil? Karena salah satu metode berpikir manusia adalah dengan perbandingan. Lebih mudah untuk mengenal suatu hal yang asing dengan membandingkannya dengan sesuatu yang sudah dikenal. Tetapi kita harus tetap berhati-hati karena perumpamaan bisa saja salah. Perumpaman yang asal malah akan membuat kita menjadi bingung sendiri atau salah kaprah memahami yang sebenarnya.
Barangkali Anda punya cara lain yang dapat Anda terapkan dalam berbagi ilmu?
Minggu, 24 Februari 2008
Maaf untuk Pak Harto
Pada waktu Pak Harto meninggal dunia beberapa minggu kemarin muncul fenomena yang barangkali baru terjadi pertama kalinya di Indonesia. Banyak orang beramai-ramai melontarkan pernyataan untuk memberikan maaf mantan Presiden RI kedua itu. Dari petani, bisnisman, politisi, sampai mahasiswa. Mereka berkata bahwa kemajuan yang disumbangkan oleh Pak Harto sangatlah besar. Indonesia mengalami kemajuan ekonomi yang sangat pesat, dan lain sebagainya. Apakah ini adalah hal yang baik? Tentu. Memberi maaf adalah perbuatan yang sangat mulia, malah pelakunya bisa mendapat keringanan hukuman juga di hari akherat nanti. Tapi, tunggu dulu.
Agaknya yang pertama kali mendorong fenomena ini terjadi adalah ”dimaafkannya” atau dicabutnya dari tuntutan hukum atas kasus tindak pidana yang dilakukan mantan penguasa orde baru itu. Lalu disusul dengan dilontarkannya ide yang hampir serupa terhadap tindak perdata yang dilakukan oleh beliau. Jika kedua kasus tersebut benar-benar ditutup dan selesai begitu saja lalu seluruh rakyat Indonesia memaafkan kesalahan Pak Harto, saya hanya bisa membayangkan bahwa Pak Harto sepertinya adalah satu-satunya orang yang memperoleh mimpi jadi kenyataan dari yang sering diangan-angankan, yaitu ”waktu muda bahagia, tua kaya raya, mati masuk surga”.
Saya tak habis pikir bagaimana bisa kebanyakan orang memaafkan Pak Harto? Sedangkan dahulu beliau dikenal sebagai seorang penguasa rezim yang benar-benar mengekang segala macam aspek kebebasan. Mulai dari kebebasan berbicara, kebebasan pers, kebebasan etnis lain dan lain sebagainya. Kalau kita cermati di sini memang terdapat hal yang aneh. Memberi maaf sebenarnya adalah hak dari orang yang dahulu disalahi - atau korban - oleh orang yang bersalah tersebut. Tetapi saat ini semua orang termasuk yang bukan korban bahkan orang yang tidak tahu menahu pun ikut melontarkan kata maaf. Ada pula yang berkata, ”Apapun kesalahan Pak Harto marilah kita memaafkan toh waktu beliau berkuasa dulu kita masih bisa membangun dan anak-anak kita bisa menuntut pendidikan”. Jika kita mau jujur sebenarnya dalam hal ini mudah dan susahnya memberikan maaf adalah tergantung dari perasaan dan status kita apakah kita termasuk korban ataukah bukan. Orang lebih mudah melontarkan kata maaf jika ia termasuk kelompok yang sama sekali tidak pernah merasa dirugikan, atau malah pernah mendapatkan bantuan atau sumbangan dari yayasan Pak Harto. Apalagi kroni-kroni beliau yang sampai saat ini masih duduk di bangku pemerintahan. Bagi mereka memberikan kata maaf adalah hal yang sangat gampang.
Kejahatan yang dilakukan oleh Pak Harto bukan hanya korupsi pada era sekarang ini. Tetapi juga pada masa lampau berupa pembunuhan terhadap beratus-ribu orang yang dianggap sebagai anggota PKI. Sebenarnya bukan hanya itu saja, orang yang masuk ke dalam organisasi simpatisan atau organisasi yang bersimpati terhadap partai komunis pun ikut juga mendapatkan nasib yang kurang baik. Mereka dimasukkan ke dalam sel tahanan bertahun-tahun tanpa pernah diajukan dan diproses di pengadilan. Ini sebenarnya belum seberapa dibandingkan dengan orang-orang PKI yang begitu ketemu, langsung dibunuh. Tanpa terlebih dahulu ditanyai atau diselidiki. Padahal banyak juga dari mereka yang tidak tahu menahu tentang peristiwa akhir september itu. Alangkah tragis nasib mereka, berada di tengah-tengah kekuasaan negaranya sendiri tetapi tidak mendapatkan keadilan barang sedikitpun. Beruntung beberapa orang dari mereka yang masih selamat saat ini masih bisa terus bersuara untuk menuntut keadilan. Mereka saat ini tergabung dalam organisasi antara lain LPKP 1965/1966, LPR KROB, dan Pakorba.
Sebagai generasi muda apakah kita hanya bisa diam atau menutup mata terhadap hal ini? Mengangkat Pak Harto jadi pahlawan dan melupakan penderitaan tragis yang dialami oleh banyak orang ketika itu? Jika kita hanya bisa menutup mata maka barangkali inilah yang sebenarnya dikehendaki oleh orde baru. Masih ingatkah kita tentang film yang terus kita tonton dan menjadi makanan kita setiap tahun? Film yang yang menggambarkan kekejian PKI, bukan hanya terhadap pembunuhan para jenderal, tetapi juga kekejaman PKI yang lain seperti pembunuhan sadis yang dilakukan secara bersama-sama, penembakan masjid-masjid, menginjak-injak kitab suci dan lain sebagainya. Pernahkah kita bertanya apakah hal-hal semacam ini benar-benar terjadi ataukah hanya rekayasa yang dibuat oleh orde baru? Dan bukankah melalui film-film semacam ini juga kebencian kita terhadap PKI berasal? Marilah kita mulai bertanya untuk memperoleh kebenaran sejarah yang sesungguhnya karena kita tahu bahwa sejarah memang bisa dibuat. Janganlah kebencian kita terhadap PKI yang kita lihat hanya melalui film-film itu membuat kita menganggap bahwa pembunuhan yang dilakukan di bawah komando Pak Harto dahulu adalah hal yang sah untuk dilakukan. Katakan yang benar itu benar dan yang salah itu salah. Keadilan harus kita tegakkan meski dengan bersusah payah.
Menutup tulisan saya ini, saya sangat setuju jika memberikan maaf adalah hak dari masing-masing orang. Hak dari orang yang pernah merasa dirugikan dan bukan hak dari orang yang sama sekali bukanlah korban. Menganjurkan orang lain untuk memberikan maaf hendaknya diawali terlebih dahulu dengan berusaha untuk memahami perasaan, penderitaan, duka yang dialami oleh para korban tersebut. Dan ini adalah bukan hal yang gampang. Benar?
Agaknya yang pertama kali mendorong fenomena ini terjadi adalah ”dimaafkannya” atau dicabutnya dari tuntutan hukum atas kasus tindak pidana yang dilakukan mantan penguasa orde baru itu. Lalu disusul dengan dilontarkannya ide yang hampir serupa terhadap tindak perdata yang dilakukan oleh beliau. Jika kedua kasus tersebut benar-benar ditutup dan selesai begitu saja lalu seluruh rakyat Indonesia memaafkan kesalahan Pak Harto, saya hanya bisa membayangkan bahwa Pak Harto sepertinya adalah satu-satunya orang yang memperoleh mimpi jadi kenyataan dari yang sering diangan-angankan, yaitu ”waktu muda bahagia, tua kaya raya, mati masuk surga”.
Saya tak habis pikir bagaimana bisa kebanyakan orang memaafkan Pak Harto? Sedangkan dahulu beliau dikenal sebagai seorang penguasa rezim yang benar-benar mengekang segala macam aspek kebebasan. Mulai dari kebebasan berbicara, kebebasan pers, kebebasan etnis lain dan lain sebagainya. Kalau kita cermati di sini memang terdapat hal yang aneh. Memberi maaf sebenarnya adalah hak dari orang yang dahulu disalahi - atau korban - oleh orang yang bersalah tersebut. Tetapi saat ini semua orang termasuk yang bukan korban bahkan orang yang tidak tahu menahu pun ikut melontarkan kata maaf. Ada pula yang berkata, ”Apapun kesalahan Pak Harto marilah kita memaafkan toh waktu beliau berkuasa dulu kita masih bisa membangun dan anak-anak kita bisa menuntut pendidikan”. Jika kita mau jujur sebenarnya dalam hal ini mudah dan susahnya memberikan maaf adalah tergantung dari perasaan dan status kita apakah kita termasuk korban ataukah bukan. Orang lebih mudah melontarkan kata maaf jika ia termasuk kelompok yang sama sekali tidak pernah merasa dirugikan, atau malah pernah mendapatkan bantuan atau sumbangan dari yayasan Pak Harto. Apalagi kroni-kroni beliau yang sampai saat ini masih duduk di bangku pemerintahan. Bagi mereka memberikan kata maaf adalah hal yang sangat gampang.
Kejahatan yang dilakukan oleh Pak Harto bukan hanya korupsi pada era sekarang ini. Tetapi juga pada masa lampau berupa pembunuhan terhadap beratus-ribu orang yang dianggap sebagai anggota PKI. Sebenarnya bukan hanya itu saja, orang yang masuk ke dalam organisasi simpatisan atau organisasi yang bersimpati terhadap partai komunis pun ikut juga mendapatkan nasib yang kurang baik. Mereka dimasukkan ke dalam sel tahanan bertahun-tahun tanpa pernah diajukan dan diproses di pengadilan. Ini sebenarnya belum seberapa dibandingkan dengan orang-orang PKI yang begitu ketemu, langsung dibunuh. Tanpa terlebih dahulu ditanyai atau diselidiki. Padahal banyak juga dari mereka yang tidak tahu menahu tentang peristiwa akhir september itu. Alangkah tragis nasib mereka, berada di tengah-tengah kekuasaan negaranya sendiri tetapi tidak mendapatkan keadilan barang sedikitpun. Beruntung beberapa orang dari mereka yang masih selamat saat ini masih bisa terus bersuara untuk menuntut keadilan. Mereka saat ini tergabung dalam organisasi antara lain LPKP 1965/1966, LPR KROB, dan Pakorba.
Sebagai generasi muda apakah kita hanya bisa diam atau menutup mata terhadap hal ini? Mengangkat Pak Harto jadi pahlawan dan melupakan penderitaan tragis yang dialami oleh banyak orang ketika itu? Jika kita hanya bisa menutup mata maka barangkali inilah yang sebenarnya dikehendaki oleh orde baru. Masih ingatkah kita tentang film yang terus kita tonton dan menjadi makanan kita setiap tahun? Film yang yang menggambarkan kekejian PKI, bukan hanya terhadap pembunuhan para jenderal, tetapi juga kekejaman PKI yang lain seperti pembunuhan sadis yang dilakukan secara bersama-sama, penembakan masjid-masjid, menginjak-injak kitab suci dan lain sebagainya. Pernahkah kita bertanya apakah hal-hal semacam ini benar-benar terjadi ataukah hanya rekayasa yang dibuat oleh orde baru? Dan bukankah melalui film-film semacam ini juga kebencian kita terhadap PKI berasal? Marilah kita mulai bertanya untuk memperoleh kebenaran sejarah yang sesungguhnya karena kita tahu bahwa sejarah memang bisa dibuat. Janganlah kebencian kita terhadap PKI yang kita lihat hanya melalui film-film itu membuat kita menganggap bahwa pembunuhan yang dilakukan di bawah komando Pak Harto dahulu adalah hal yang sah untuk dilakukan. Katakan yang benar itu benar dan yang salah itu salah. Keadilan harus kita tegakkan meski dengan bersusah payah.
Menutup tulisan saya ini, saya sangat setuju jika memberikan maaf adalah hak dari masing-masing orang. Hak dari orang yang pernah merasa dirugikan dan bukan hak dari orang yang sama sekali bukanlah korban. Menganjurkan orang lain untuk memberikan maaf hendaknya diawali terlebih dahulu dengan berusaha untuk memahami perasaan, penderitaan, duka yang dialami oleh para korban tersebut. Dan ini adalah bukan hal yang gampang. Benar?
Langganan:
Postingan (Atom)