Jumat, 14 Desember 2007

Rasa Takut dan Keberanian

(Sebuah Cerita)

Ada seorang murid sebuah perguruan bela diri. Dia sudah belajar di perguruan itu cukup lama, 10 tahun. Dia terkenal paling kuat di antara semua murid yang ada. Suatu saat gurunya berkata ingin mengajarkan pelajaran terakhir kepadanya. Murid itu diminta untuk datang di hutan yang cukup jauh dari padepokan. Tempat yang sama sekali belum pernah ia jamah. Akhirnya lusa hari tiba. Sesuai dengan yang diperintahkan, ia pergi ke hutan yang diminta. Dalam perjalanan terkejutlah ia karena harus melalui jalan yang dikuasai oleh seekor singa. Ia tak mengurungkan niat sama sekali untuk mundur dan berkata dalam hati bahwa apapun yang terjadi ia harus bisa sampai ke tempat tujuan meski harus bergelut sekalipun dengan singa itu.

Benarlah hal itu terjadi. Meski sudah berhati-hati agar tidak membangunkan sang singa, ternyata singa itu sangat waspada. Sang singa lalu berdiri dan meloncat ke arahnya. Dengan kekuatan maksimal sang pendekar berusaha menahan serangan, tapi keunggulan kekuatan singa membuatnya terpental lalu jatuh. Merasa kekuatannya tak seimbang, sang pendekar berusaha mencari sesuatu yang dapat dipakai sebagai senjata. Dilihatnya sebatang kayu yang cukup runcing tak jauh dari situ dan dengan cepatnya sang pendekar meraih kayu itu. Perkelahian terjadi cukup lama. Akhirnya meski dengan penuh luka dan kehilangan banyak tenaga ia berhasil memenangkan pertarungan yang hampir saja membuat nyawanya hilang itu.

Dengan membawa tongkat penolong nyawa di tangan ia pun melanjutkan perjalanan kembali. Namun tak seberapa lama ia sudah melihat sosok sang guru berada di hadapannya. Sang guru lalu menyuruhnya untuk beristirahat dan mengobati luka. Murid bertanya, ”Wahai Guru, pelajaran apa yang ingin engkau berikan kepadaku sehingga aku harus berjalan jauh seperti ini dan melawan seekor singa?” Guru menjawab, ”Aku ingin mengajarimu sebuah keberanian. Tanpa keberanian kau tak akan bisa mengalahkan singa besar itu dan sampai di tempat ini.” Sang murid terperanjat mengira pelajaran yang akan diberikan kepadanya ternyata bukanlah sebuah jurus. ”Terima kasih Guru, karena Guru pula saya bisa kuat dan berani seperti sekarang”, kata murid. Sang guru menimpali,” Ya, tetapi itu bukanlah pelajaran terakhir yang ingin aku beri”. ”Kalau begitu apa, Guru?”, murid bertanya penasaran. ”Tahukah kamu apa yang telah Tuhan berikan untuk melindungi kita selain keberanian dan kekuatan?” Murid diam cukup lama. ”Tidak ada. Bagi saya berani dan kuat dapat melindungi saya dari apapun”. Sang guru kali ini mengeraskan suaranya, ”Tidak! Ada lagi yang dapat melindungimu selain dua hal itu”. Kata-kata sang guru benar-benar membuat murid merasa seperti telah melewatkan sesuatu. Tapi setelah memutar otakknya lagi ia kembali tak menemukan jawaban. Ia menyerah dan mengulangi jawaban yang sama, ”Tidak ada lagi”. Sang guru melirihkan suaranya, ” Aku tak menyalahkanmu. kita memang terkadang melewatkannya dan menganggapnya sebagai hal yang memalukan. Tetapi sebenarnya keberadaannya diberikan oleh Tuhan karena sangat berharga. Yang kumaksud adalah lawan keberanian, yaitu rasa takut.” ”Rasa takut?” Murid mengulangi perkataan sang guru dan ragu bahwa itulah jawabannya. ” Ya rasa takut. Kau tahu mengapa semut lebih mudah dibunuh oleh manusia daripada seekor tikus?” Murid sekali lagi merenung tapi kali ini ia tampak paham. ”Karena semut tak mempunyai rasa takut?” Sang guru tersenyum. ” Ketahuilah bahwa rasa takut dan keberanian adalah dua hal yang sama-sama merupakan jaminan perlindungan oleh Tuhan pada tiap makhluk-Nya”. Sang murid menjadi mengerti bahwa tak ada lagi pelajaran yang harus ia ketahui selain pelajaran tentang hidup itu sendiri.

Tidak ada komentar: